SAKURA HIDEN : Thoughts of Love and
Longing, Riding Upon a Spring Breeze
(Sakura Hiden : Perasaan Cinta dan
Kerinduan, Menunggang Angin Musim Semi)
Story by
Tomohito Osaki, Illustration by Masashi Khisimoto
Eng Trans by
OrganicDinosaur
CHAPTER 1 Part 1
Seorang ninja medis
wanita sedang menjelaskan dokumen yang ada di tangannya. Dia berusia dua tahun
lebih muda dari Sakura.
“Dari yang saya lihat dan pahami
dari data dokumen yang didistribusikan, jumlah anak-anak yang sedang dirawat
dengan keluhan gangguan psikosomatik terus menurun.”
“Sejak klinik diperkenalkan satu
setengah tahun yang lalu, menunjukkan adanya peningkatan efektifitas.” Setelah
Sakura mengatakan hal itu, ninja medis yang menjelaskan data itu melanjutkan.
“Ya, ini memuaskan” dia
mengangguk. Pipi dan wajahnya memerah dengan tegang dan gelisah.
“Sebagaimana gejala yang
berkepanjangan, jika tidak terlihat adanya peningkatan melalui konseling dengan
dialog, kita harus bekerja sama dengan bagian lain di RS. Kita akan memastikan
resep obat dan lainnya disertakan dalam bantuan penyembuhan mereka.”
“Itu tidak akan menjadi masalah
bukan?” Di samping Sakura, Ino membuka suara.
Sakura mengangguk. “Tak masalah.”
“Tetapi untuk koordinasi dengan
bagian lain, harap dilanjutkan sesuai arahan kami secermat mungkin. Karena
kesehatan pasien tidak akan meningkat dengan hanya beberapa konsultasi, bukan
juga dengan obat-obatan. Kita harus terlebih dahulu dan dengan cermat
mendengarkan cerita anak-anak. Karena itu adalah tujuan awal pendirian klinik
ini.” lanjut Sakura.
Mereka melanjutkan diskusi dan membahas
isi dokumen. Pertemuan mereka berakhir ketika mereka bersama-sama menyetujui rencana yang akan
datang.
Sakura dan Ino berjalan keluar
dari ruang rapat, yang bertempat di sebuah ruang di Rumah Sakit Konoha.
“Bukankah gadis muda itu sedikit
gugup dan tegang?” Ino bertanya saat mereka berjalan di koridor.
“Maksudmu gadis yang menjelaskan
data pada kita? Dia hanya belum terbiasa dengan hal semacam itu.”
“Tapi disamping itu, aku rasa itu
karena dia berhadapan dengan Sakura-senpai.
Dia ingin menjadi sepertimu.”
“Maksud mu?” Sakura bertanya pada
Ino, yang direspon dengan tawa jail Ino.
“Apa kau tahu? Kau sangat
terkenal diantara para kohai.
Meskipun kau ninja-medis, kau kuat saat bertempur. Kau juga seorang pekerja keras
dan juga cantik. Karena itu, mungkin kau akan semakin terkenal. Bahkan aku
ingin membagi keberuntunganmu.” Ino bersirat dengan tawa.
“Hentikan!” Sakura membalas
dengan senyum kecut.
Setelah berbincang santai antar
teman, Ino merubah topik kembali pada pekerjaan.
“Aku rasa semua akhirnya klinik
ini berjalan sesuai rencana, benarkan?”
“Ya, kau benar.” Sakura
mengangguk.
----^-^----
Di RS Konoha, Sakura mendapatkan
posisi sebagai penanggung jawab perawatan mental anak-anak. Sakura mengusulkan
pemikirannya pada manajemen tingkat atas RS. Kira-kira dua tahun yang lalu, setelah
Perang Dunia Shinobi Keempat berakhir.
Setengah tahun berlalu setelah perang berakhir, dia mengajukan permintaannya.
Sebuah petemburan besar, shinobi dari seluruh dunia berkumpul
menjadi sebuah aliansi untuk mencegah kebangkitan Ootsutsuki Kaguya, dia merupakanmusuh yang sangat kuat. Sering,
mereka berpikir bahwa mereka pasti akan jatuh dalam keputus asaan. Tapi
bagaimanapun, dengan adanya Naruto di sisi aliansi shinobi, mereka tidak hancur dan menyerah pada musuh. Mereka telah
berjuang hingga akhir dan menghancurkan rencana Kaguya.
Semua orang bahagia akan
datangnya perdamaian, dunia telah terselamatkan. Tak lama, perbaikan dilakukan
setelah pertempuran bersekala besar itu terjadi. Mereka mebuat kemajuan dalam
memperbaiki tanah dan infrastuktur yang rusak.
Sebagai seorang ninja-medis, Sakura
juga menyembuhkan banyak shinobi yang
terluka. Ada banyak orang menderita luka berat, banyak orang mendatanginya
untuk berobat. Namun, seluruh ekspresi wajah pasiennya tenang. Setelah perang
berakhir, mungkin karena mereka merasa aman.
Sakura tiba-tiba berpikir, “Aku ingin tahu apa yang anak-anak lakukan?”
Dia berpikir hal itu saat dia
santai di RS. Sakura melihat Kurenai, yang memeluk bayinya. Anak-anak memang tidak
terlibat dalam perang, mungkin fisik mereka tidak terluka. Namun, bagaimana
keadaan mental mereka?
Anak-anak tidak mengetahui kapan
perang berakhir, hati mereka yang lembut dan suci mungkin tertekan dengan
keadaan mereka. Anak-anak mau tak mau melihat negaranya runtuh, atau mengetahui
kematian orang-orang terdekat mereka. Mungkin mereka terbebani dengan luka di
hati dan pikiran mereka.
Sakura memeriksa data pasien yang
datang ke RS. Setelah pertempuran besar, tampaknya banyak anak-anak yang datang
dengan keluhan utama kesehatan fisik yang buruk
dengan penyebab yang tidak jelas. Sakura berpikir bahwa dia tidak boleh
mengabaikan kejadian itu.
“Anak-anak adalah sesuatu yang berharga bagi desa.”
Sandaime Hokage, Hiruzen,
pernah mengatakan kalimat itu. Bahkan semua shinobi
senior secara umum memahami ungkapan itu, mereka telah mengukir kalimat itu
dalam hati mereka.
Mengapa mereka tidak bisa
menciptakan infrastruktur untuk perawatan mental anak, dan tempat khusus di RS.
Pertama-tama, Sakura mencoba membicarakan hal itu pada shishou--nya, Tsunade.
“Aku pikir itu bagus.” ungkap shishou--nya.
“Dengan kemampuan yang kau miliki,
cobalah untuk mewujudkannya, Sakura.”
Dengan dorongan dari gurunya,
Sakura menyiapkan segala hal yang dibutuhkan.
Sakura membutuhkan tenaga
profesional dan memberi pelatihan pada mereka. Dengan berkoordinasi dengan RS
Konoha, Sakura perlu membangun dasar dari unitnya. Mencari cara agar mereka menyetujui
anggaran yang diajukan. Banyak hal yang harus dilakukan, sedikit tidak mungkin
bagi Sakura untuk melakukannya seorang diri. Sahabat Sakura, Yamanaka Ino,
menawarkan diri untuk membantunya.
“Bukankah sesuatu yang berat
berada di tempat ini? Ini sangat berat untuk dilakukan sendiri. Jika kau dilanda
stress, aku akan merasa sedih.”
Dengan dibantu Ino, tahap
persiapan berlangsung selama enam bulan. Mereka mampu mencapai tahap dimana
mereka bisa mempersembahkan “Klinik Perawatan Kesehatan Mental Anak.” Mereka mulai
melihat langsung hasilnya, keberhasilan klinik yang berangsur meningkat…
“Aku berterima kasih pada semua
bantuan yang kau berikan, Ino. Terima Kasih.”
“Jika kau ingin memberikan hadiah
khusus, berikan sesuatu padaku!” Sakura tertawa karena sindiran Ino.
“Bagaimana jika kita minum teh?”
tawar Ino, ketika mereka telah meninggalkan RS.
Sakura melipat kedua tangangnnya,
dia menjawab dengan maaf, “Maaf”.
“Hari ini ada banyak dokumen yang
harus ku kerjakan, mungkin dilain waktu. Sampai jumpa!”
“Baiklah, aku mengerti.” Tak
seperti yang dikatakan, ada sedikit kekhawatiran diwajah Ino. Mata itu seolah
berkata lain ‘Jangan terlalu memaksakan
diri, Ok!’
Sakura tak menghiraukan pandangan
Ino. Dia melambaikan tangannya dan
berlalu “Sampai Jumpa!”
Dia memulai langkah nya berjalan
sendirian di jalanan yang ramai. Meskipun ini sudah menjelang sore, jalanan penuh sesak dengan orang-orang.
----^-^----
Salju yang begitu banyak di desa
telah mencair, musim telah berganti semi. Bahkan orang-orang yang berjalan di
jalan sudah terbebas dari tebalnya jaket.
“Huh? Sakura-chan.” Tiba-tiba, dia mendengar suara dari belakang. Suara yang
sudah ia kenal.
“Naruto! Hinata!” Sakura membalik
tubuh dan melihat sosok keduanya. Mereka menggunakan pakaian bebas dan berjalan
mendekatinya.
“Kalian berkencan?” Sakura bertanya.
“Ya, kebetulan kami berdua bebas
tugas.”
“Apa kabar, Sakura-chan?” Tanya Hinata.
“Aku di RS untuk membicarakan
sesuatu dengan Ino.”
“Aku mendengar tentang itu dettebayo. Ah, -seperti biasa, apa
namanya-, Klinik… errr… sesuatu anak-anak?”
“Klinik Perawatan Kesehatan
Mental Anak.” Setelah mengoreksinya. Sakura bertanya, “Apa yang akan kalian
lakukan sekarang? Pergi makan?”
“Ya, kita akan ke Ichiraku”
Hinata mengangguk.
“Hey!” berbisik di telinga
Sakura. “Aku meminjam sesuatu dari Sai. Di sana tertulis tentang seorang lelaki
yang harus membayar saat kencan. Tapi biaya untuk makan direstoran terlalu
mahal.”
Sakura tesenyum pada Naruto yang
terlihat pucat, dia balik berbisik “Jangan khawatir! Jangan terlalu memaksakan
diri.”
“Apa yang sedang kalian bicarakan?”
Hinata memiringkan kepalanya.
Naruto tertawa. “Bukan, bukan apa
apa!”
Naruto mengelus perutnya, “Aku
tak sabar ingin menikmati ramen!”
Gerakan lucu Naruto membuat
Hinata tertawa. Melihat kehangatan dua orang itu, Sakura pun tersenyum.
Mereka berdua dikenal sebagai
pasangan di desa, mereka sudah bersama selama beberapa bulan. Dalam hubungan
mereka, Hinata pemalu sementara Naruto tidak peka. Saat Sakura di dekat mereka,
membuat sakura cukup khawatir. Namun sekarang mereka bahagia dengan ikatan
hubungan mereka, mereka memiliki kenangan yang menyenangkan.
Kejadian yang menyatukan mereka
terjadi sekitar musim dingin yang lalu. Keturunan terakhir Ootsutsuki,
Ootsutsuki Toneri yang tinggal di bulan. Dia menculik adik Hinata, Hanabi.
Merampas Byakugan miliknya, Toneri berencana menjatuhkan bumi.
Naruto terluka parah saat melawan Toneri. Kondisi
semakin gawat ketika Hinata juga dibawa pergi. Setelah Naruto pulih, dia
mengalahkan Toneri. Mereka telah terhindar dari kehancuran bumi. Selama misi
itu Naruto menyadari keberadaan Hinata tak tergantikan dan penting baginya. Dia
mengungkapkan perasaannya pada Hinata. Setelah Naruto kembali dari misi
menyelamatkan bumi dengan Hinata, mereka menjadi sepasang kekasih.
Berita itu menyebar keseluruh
desa dengan cepat. Dalam waktu yang singkat, rekan rekan Shinobi dan para
senpai mengejek mereka berdua. Namun, itu hanya sementara masa itu telah
berakhir. Beberapa hari yang lalu, Sakura mendapat undangan. Pernikahan mereka
berdua akan segera berlangsung.
“Hey, bagaimana kalau kita pergi
makan ramen bersama, Sakura-chan?” Naruto
mengatakan dengan semangat dan tertawa.
Sakura menghela nafas. “Emm, Itu-…
Untuk apa? Kenapa aku harus ikut dengan kalian? Ini adalah waktu bebas yang
kalian berdua tunggu. Jadi kalian harus pergi berkencan penuh.”
Sakura memutar tubuh ke belakang
mereka, ia mendorong tubuh keduanya. Naruto dan Hinata berjalan di keramaian
jalan, Sakura melihat kedua sosok itu berlalu. Naruto membuat sebuah lelucon
dan Hinata tertawa karenanya. Saat melihat dua orang yang bahagia itu, dalam
hati Sakura:
“Mereka serasi.”
Dia tanpa sadar memikirkan hal
itu. Ada sesuatu yang tidak bisa dia pungkiri tetapi dia pikirkan. Adapun
pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak bisa ia sampaikan pada orang lain, hal
ini mengikat dan menggunduk di hatinya, kemudian berubah menjadi desahan. Saat
seperti ini, pikirannya selalu mulai berpikir tentang pekerjaan.
“Sangat penting bagiku untuk menyusun dokumen. Aku harus memeriksa
laporan-laporan tertulis.”
Dia menyadari dirinya telah
kembali berkutat dengan pekerjaan, Sakura tersenyum getir.
“Hai, itu mengapa ino khawatir padaku.”
---To be Continued---
Terimakasih telah bersedia
mampir ke blog saya.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan/kekurangan dalam posting ini.
NO PLAGIARISM DON’T
RE-POST or COPY-PASTE!!!
Source : (1)
No comments:
Post a Comment