Pages

2015/04/30

SAKURA HIDEN: Chapter 1 (Part 1) [Indo Ver.]


SAKURA HIDEN : Thoughts of Love and Longing, Riding Upon a Spring Breeze
(Sakura Hiden : Perasaan Cinta dan Kerinduan, Menunggang Angin Musim Semi)
Story by Tomohito Osaki, Illustration by Masashi Khisimoto
Eng Trans by OrganicDinosaur
CHAPTER 1 Part 1

Seorang ninja medis wanita sedang menjelaskan dokumen yang ada di tangannya. Dia berusia dua tahun lebih muda dari Sakura.
“Dari yang saya lihat dan pahami dari data dokumen yang didistribusikan, jumlah anak-anak yang sedang dirawat dengan keluhan gangguan psikosomatik terus menurun.”

“Sejak klinik diperkenalkan satu setengah tahun yang lalu, menunjukkan adanya peningkatan efektifitas.” Setelah Sakura mengatakan hal itu, ninja medis yang menjelaskan data itu melanjutkan.
“Ya, ini memuaskan” dia mengangguk. Pipi dan wajahnya memerah dengan tegang dan gelisah.
“Sebagaimana gejala yang berkepanjangan, jika tidak terlihat adanya peningkatan melalui konseling dengan dialog, kita harus bekerja sama dengan bagian lain di RS. Kita akan memastikan resep obat dan lainnya disertakan dalam bantuan penyembuhan mereka.”
“Itu tidak akan menjadi masalah bukan?” Di samping Sakura, Ino membuka suara.
Sakura mengangguk. “Tak masalah.”
“Tetapi untuk koordinasi dengan bagian lain, harap dilanjutkan sesuai arahan kami secermat mungkin. Karena kesehatan pasien tidak akan meningkat dengan hanya beberapa konsultasi, bukan juga dengan obat-obatan. Kita harus terlebih dahulu dan dengan cermat mendengarkan cerita anak-anak. Karena itu adalah tujuan awal pendirian klinik ini.” lanjut Sakura.
Mereka melanjutkan diskusi dan membahas isi dokumen. Pertemuan mereka berakhir ketika mereka bersama-sama menyetujui rencana yang akan datang.

Sakura dan Ino berjalan keluar dari ruang rapat, yang bertempat di sebuah ruang di Rumah Sakit Konoha.
“Bukankah gadis muda itu sedikit gugup dan tegang?” Ino bertanya saat mereka berjalan di koridor.
“Maksudmu gadis yang menjelaskan data pada kita? Dia hanya belum terbiasa dengan hal semacam itu.”
“Tapi disamping itu, aku rasa itu karena dia berhadapan dengan Sakura-senpai. Dia ingin menjadi sepertimu.”
“Maksud mu?” Sakura bertanya pada Ino, yang direspon dengan tawa jail Ino.
“Apa kau tahu? Kau sangat terkenal diantara para kohai. Meskipun kau ninja-medis, kau kuat saat bertempur. Kau juga seorang pekerja keras dan juga cantik. Karena itu, mungkin kau akan semakin terkenal. Bahkan aku ingin membagi keberuntunganmu.” Ino bersirat dengan tawa.
“Hentikan!” Sakura membalas dengan senyum kecut.
Setelah berbincang santai antar teman, Ino merubah topik kembali pada pekerjaan.
“Aku rasa semua akhirnya klinik ini berjalan sesuai rencana, benarkan?”
“Ya, kau benar.” Sakura mengangguk.
----^-^----
Di RS Konoha, Sakura mendapatkan posisi sebagai penanggung jawab perawatan mental anak-anak. Sakura mengusulkan pemikirannya pada manajemen tingkat atas RS. Kira-kira dua tahun yang lalu, setelah Perang Dunia Shinobi Keempat berakhir. Setengah tahun berlalu setelah perang berakhir, dia mengajukan permintaannya.
Sebuah petemburan besar, shinobi dari seluruh dunia berkumpul menjadi sebuah aliansi untuk mencegah kebangkitan Ootsutsuki Kaguya, dia merupakanmusuh yang sangat kuat. Sering, mereka berpikir bahwa mereka pasti akan jatuh dalam keputus asaan. Tapi bagaimanapun, dengan adanya Naruto di sisi aliansi shinobi, mereka tidak hancur dan menyerah pada musuh. Mereka telah berjuang hingga akhir dan menghancurkan rencana Kaguya.
Semua orang bahagia akan datangnya perdamaian, dunia telah terselamatkan. Tak lama, perbaikan dilakukan setelah pertempuran bersekala besar itu terjadi. Mereka mebuat kemajuan dalam memperbaiki tanah dan infrastuktur yang rusak.
Sebagai seorang ninja-medis, Sakura juga menyembuhkan banyak shinobi yang terluka. Ada banyak orang menderita luka berat, banyak orang mendatanginya untuk berobat. Namun, seluruh ekspresi wajah pasiennya tenang. Setelah perang berakhir, mungkin karena mereka merasa aman.
Sakura tiba-tiba berpikir, “Aku ingin tahu apa yang anak-anak lakukan?”
Dia berpikir hal itu saat dia santai di RS. Sakura melihat Kurenai, yang memeluk bayinya. Anak-anak memang tidak terlibat dalam perang, mungkin fisik mereka tidak terluka. Namun, bagaimana keadaan mental mereka?
Anak-anak tidak mengetahui kapan perang berakhir, hati mereka yang lembut dan suci mungkin tertekan dengan keadaan mereka. Anak-anak mau tak mau melihat negaranya runtuh, atau mengetahui kematian orang-orang terdekat mereka. Mungkin mereka terbebani dengan luka di hati dan pikiran mereka.
Sakura memeriksa data pasien yang datang ke RS. Setelah pertempuran besar, tampaknya banyak anak-anak yang datang dengan keluhan utama kesehatan fisik yang buruk  dengan penyebab yang tidak jelas. Sakura berpikir bahwa dia tidak boleh mengabaikan kejadian itu.
“Anak-anak adalah sesuatu yang berharga bagi desa.”
Sandaime Hokage, Hiruzen, pernah mengatakan kalimat itu. Bahkan semua shinobi senior secara umum memahami ungkapan itu, mereka telah mengukir kalimat itu dalam hati mereka.
Mengapa mereka tidak bisa menciptakan infrastruktur untuk perawatan mental anak, dan tempat khusus di RS. Pertama-tama, Sakura mencoba membicarakan hal itu pada shishou--nya, Tsunade.
“Aku pikir itu bagus.” ungkap shishou--nya.
“Dengan kemampuan yang kau miliki, cobalah untuk mewujudkannya, Sakura.”
Dengan dorongan dari gurunya, Sakura menyiapkan segala hal yang dibutuhkan.

Sakura membutuhkan tenaga profesional dan memberi pelatihan pada mereka. Dengan berkoordinasi dengan RS Konoha, Sakura perlu membangun dasar dari unitnya. Mencari cara agar mereka menyetujui anggaran yang diajukan. Banyak hal yang harus dilakukan, sedikit tidak mungkin bagi Sakura untuk melakukannya seorang diri. Sahabat Sakura, Yamanaka Ino, menawarkan diri untuk membantunya.
“Bukankah sesuatu yang berat berada di tempat ini? Ini sangat berat untuk dilakukan sendiri. Jika kau dilanda stress, aku akan merasa sedih.”
Dengan dibantu Ino, tahap persiapan berlangsung selama enam bulan. Mereka mampu mencapai tahap dimana mereka bisa mempersembahkan “Klinik Perawatan Kesehatan Mental Anak.” Mereka mulai melihat langsung hasilnya, keberhasilan klinik yang berangsur meningkat…

“Aku berterima kasih pada semua bantuan yang kau berikan, Ino. Terima Kasih.”
“Jika kau ingin memberikan hadiah khusus, berikan sesuatu padaku!” Sakura tertawa karena sindiran Ino.
“Bagaimana jika kita minum teh?” tawar Ino, ketika mereka telah meninggalkan RS.
Sakura melipat kedua tangangnnya, dia menjawab dengan maaf, “Maaf”.
“Hari ini ada banyak dokumen yang harus ku kerjakan, mungkin dilain waktu. Sampai jumpa!”
“Baiklah, aku mengerti.” Tak seperti yang dikatakan, ada sedikit kekhawatiran diwajah Ino. Mata itu seolah berkata lain ‘Jangan terlalu memaksakan diri, Ok!’
Sakura tak menghiraukan pandangan Ino. Dia melambaikan  tangannya dan berlalu “Sampai Jumpa!”
Dia memulai langkah nya berjalan sendirian di jalanan yang ramai. Meskipun ini sudah menjelang  sore, jalanan penuh sesak dengan orang-orang.
----^-^----
Salju yang begitu banyak di desa telah mencair, musim telah berganti semi. Bahkan orang-orang yang berjalan di jalan sudah terbebas dari tebalnya jaket.
“Huh? Sakura-chan.” Tiba-tiba, dia mendengar suara dari belakang. Suara yang sudah ia kenal.
“Naruto! Hinata!” Sakura membalik tubuh dan melihat sosok keduanya. Mereka menggunakan pakaian bebas dan berjalan mendekatinya.
“Kalian berkencan?” Sakura bertanya.
“Ya, kebetulan kami berdua bebas tugas.”
“Apa kabar, Sakura-chan?” Tanya Hinata.
“Aku di RS untuk membicarakan sesuatu dengan Ino.”
“Aku mendengar tentang itu dettebayo. Ah, -seperti biasa, apa namanya-, Klinik… errr… sesuatu anak-anak?”
“Klinik Perawatan Kesehatan Mental Anak.” Setelah mengoreksinya. Sakura bertanya, “Apa yang akan kalian lakukan sekarang? Pergi makan?”
“Ya, kita akan ke Ichiraku” Hinata mengangguk.
“Hey!” berbisik di telinga Sakura. “Aku meminjam sesuatu dari Sai. Di sana tertulis tentang seorang lelaki yang harus membayar saat kencan. Tapi biaya untuk makan direstoran terlalu mahal.”
Sakura tesenyum pada Naruto yang terlihat pucat, dia balik berbisik “Jangan khawatir! Jangan terlalu memaksakan diri.”
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” Hinata memiringkan kepalanya.
Naruto tertawa. “Bukan, bukan apa apa!”
Naruto mengelus perutnya, “Aku tak sabar ingin menikmati ramen!”
Gerakan lucu Naruto membuat Hinata tertawa. Melihat kehangatan dua orang itu, Sakura pun tersenyum.

Mereka berdua dikenal sebagai pasangan di desa, mereka sudah bersama selama beberapa bulan. Dalam hubungan mereka, Hinata pemalu sementara Naruto tidak peka. Saat Sakura di dekat mereka, membuat sakura cukup khawatir. Namun sekarang mereka bahagia dengan ikatan hubungan mereka, mereka memiliki kenangan yang menyenangkan.
Kejadian yang menyatukan mereka terjadi sekitar musim dingin yang lalu. Keturunan terakhir Ootsutsuki, Ootsutsuki Toneri yang tinggal di bulan. Dia menculik adik Hinata, Hanabi. Merampas Byakugan miliknya, Toneri berencana menjatuhkan bumi.
Naruto  terluka parah saat melawan Toneri. Kondisi semakin gawat ketika Hinata juga dibawa pergi. Setelah Naruto pulih, dia mengalahkan Toneri. Mereka telah terhindar dari kehancuran bumi. Selama misi itu Naruto menyadari keberadaan Hinata tak tergantikan dan penting baginya. Dia mengungkapkan perasaannya pada Hinata. Setelah Naruto kembali dari misi menyelamatkan bumi dengan Hinata, mereka menjadi sepasang kekasih.
Berita itu menyebar keseluruh desa dengan cepat. Dalam waktu yang singkat, rekan rekan Shinobi dan para senpai mengejek mereka berdua. Namun, itu hanya sementara masa itu telah berakhir. Beberapa hari yang lalu, Sakura mendapat undangan. Pernikahan mereka berdua akan segera berlangsung.

“Hey, bagaimana kalau kita pergi makan ramen bersama, Sakura-chan?” Naruto mengatakan dengan semangat dan tertawa.
Sakura menghela nafas. “Emm, Itu-… Untuk apa? Kenapa aku harus ikut dengan kalian? Ini adalah waktu bebas yang kalian berdua tunggu. Jadi kalian harus pergi berkencan penuh.”
Sakura memutar tubuh ke belakang mereka, ia mendorong tubuh keduanya. Naruto dan Hinata berjalan di keramaian jalan, Sakura melihat kedua sosok itu berlalu. Naruto membuat sebuah lelucon dan Hinata tertawa karenanya. Saat melihat dua orang yang bahagia itu, dalam hati Sakura:
“Mereka serasi.”
Dia tanpa sadar memikirkan hal itu. Ada sesuatu yang tidak bisa dia pungkiri tetapi dia pikirkan. Adapun pikiran-pikiran dan perasaan yang tidak bisa ia sampaikan pada orang lain, hal ini mengikat dan menggunduk di hatinya, kemudian berubah menjadi desahan. Saat seperti ini, pikirannya selalu mulai berpikir tentang pekerjaan.
“Sangat penting bagiku untuk menyusun dokumen. Aku harus memeriksa laporan-laporan tertulis.”
Dia menyadari dirinya telah kembali berkutat dengan pekerjaan, Sakura tersenyum getir.
“Hai, itu mengapa ino khawatir padaku.”
---To be Continued---
Terimakasih telah bersedia mampir ke blog saya.
 Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan/kekurangan dalam posting ini.

NO PLAGIARISM DON’T RE-POST or COPY-PASTE!!!

Source : (1)

No comments:

Post a Comment