SAKURA HIDEN : Thoughts of Love and
Longing, Riding Upon a Spring Breeze
(Sakura Hiden : Perasaan Cinta dan
Kerinduan, Menunggang Angin Musim Semi)
Story by
Tomohito Osaki, Illustration by Masashi Khisimoto
Eng Trans by
OrganicDinosaur
CHAPTER 1 Part 4
(<<< Part 3)
(<<< Part 3)
Hari berikutnya, mereka melewati
gerbang desa, Sakura dan ino melakukan perjalanan ke desa Sunagakure. Desa
Sunagakure di Negara Angin berada di sebelah barat Desa Konoha di Negara Api. Keluar
dari desa, mereka melewati padang gurun dan hutan yang lebat, di sanalah desa
Sunagakure.
Jika mereka bergegas, mereka akan tiba dalam waktu tiga hari, tapi kali ini bukan keadaan darurat. Mereka tidak melakukan pergerakan dengan kecepatan tinggi. Mereka telah menyampaikan kepada petugas resmi Sunagakure bahwa mereka akan tiba empat hari kemudian.
“Bukankah Temari-san dan Shikamaru cukup mencurigakan?” Ino
membuka suara, mereka telah meninggalkan desa dan berjalan sekitar dua jam.
Sakura melihat wajah Ino. Dia
memperlihatkan senyum nakal. Kecantikannya, rambut sepanjang pinggang yang
diikat.
“Aku curiga? Itu…”
“Mereka berkencan kan?”
“Benarkah?”
“Ya. Maksudku mereka berkencan.”
“Itu pernyataan tegas.”
Mereka berbicara sambil berlari,
tapi tidak mempengaruhi nafas mereka.
Ino melanjutkan. “Ya, mengenai
Temari-san. Bukankah dia
kadang-kadang datang ke Konoha untuk sebuah urusan?”
“Ya itu karena Temari-san ada di bagian diplomasi untuk Suna.”
“Tapi suatu hari, aku melihat
mereka… Shikamaru dan Temari-san berjalan
berdampingan.”
“Hal semacam itu?” Sakura tertawa,
“Bukankah, itu bukan hal aneh, mereka bisa saja membicarakan tentang
pekerjaan.”
Shikamaru juga memiliki jabatan
penting di Konoha, dia ditugaskan di bagian diplomasi ke beberapa Negara, dia
berhubungan secara rahasia dengan anggota mereka. Sebenarnya, Sakura pernah
melihat mereka berjalan bersama melewati
desa dalam beberapa kesempatan.
“Tapi hal semacam itu bukan hanya
kebetulan. Bagaimana jika aku mengatakan, keadaanya seperti mereka sepasang ke
kasih, tapi bukan berarti mereka menyatukan kedua tangan mereka. Di wajah
mereka ada semacam rasa romantic. Ketika aku melihat mereka, mereka terlihat
seperti itu. Aku ingin memanggil mereka seperti yang biasa aku lakukan, tapi
aku ragu-ragu, akhirnya aku tidak memanggil mereka sama sekali.”
“Aku mengerti… Temari-san dan Shikamaru, emm?”
Itu bukan sesuatu yang
mengejutkan. Dia bisa mengatakan sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama. Salah
satu atau cara lainnya, itu adalah takdir keduanya. Saat ujian chuunin, mereka bertemu satu sama lain
sebagai lawan, dan saat misi pencarian Sasuke, ketika Shikamaru melawan Tayuya,
Temari muncul untuk membantunya. Bahkan setelahnya, kalian tidak akan pernah
tahu bahwa desa telah berubah hanya dengan melihat itu. Hubungan mereka sendiri
terjadi karena pembauran, seakan karena misi dan pekerjaan, dan disamping
menghadapi perang besar… suasana hati keduanya berbeda dari hanya sekedar teman,
cenderung kearah sesuatu yang lain. Meski begitu, bukan hal yang aneh sama
sekali.
“Saat tiba nanti, aku akan
menanyakan pada Temari-san tentang
hubungan mereka.” Ino tertawa saat mengatakannya.
“Saat itu kau harus berhenti, dia
akan menyerangmu dengan kipas lipat raksasa.”
“Ahhaha, dia tidak mungkin…”
Percakapan konyol mereka cukup
menyenangkan.
“Semua orang sedang berbunga.
Selain shikhamaru, bukankah Chouji tidak berubah? Dia masih menyutamakan selera
makannya di samping asmara?” Sakuara mencoba bertanya.
“Tidak,… itu tidak benar sama
sekali.” Ino menjawab. Ekspresi Ino menunjukan bahwa itu sebuah rahasia. Ino
melanjutkan, “Dia Karui-san dari Kumogakure.”
“Kau bohong!”
Sesuatu yang tak terduga.
“Nah, bagaimana kau
mengatakannya… ia memiliki perasaan yang kuat.”
“Itu benar. Entah bagaimana,
baru-baru ini Chouji memperoleh alasan untuk pergi ke Kumogakure. Karena dia
cemas ingin pergi ke sana, dia bekerja tak seperti biasanya sambil memikirkan
makan, dan dia mengatakan ‘Sunggu bagaimana ini… Aku berjanji pada Karui-san untuk bertemu untuk makan’. Dia
mengatakan itu saat dia gelisah.”
“Ini hanya masalah waktu, ya kan?”
Ino megatakannya sambil mengangguk-angguk.
“Begitulah.” Sakura juga
mengangguk.
Tiba-tiba, sesuatu muncul di
pikirannya, dia ingin menanyakan hal ini.
“Disamping itu, bagaimana
denganmu Ino? Akhir-akhir ini… bagaimana dengan kehidupan cintamu?’
Sejak kecil, Sakura dan Ino
menjadi rival untuk merebut hati Sasuke, namun setelah mereka sama-sama dewasa,
sepertinya Ino telah mundur dari persaingan itu. Untuk sekarang, apa yang Ino
pikirkan? Atau apa yang tidak dia pikirkan? Sakura ingin mengetahiunya.
“Mmmm… Ada seseorang yang
membuatku tertarik” Ino menjawab dengan malu-malu.
“Eh, kau memiliki kekasih?”
“Errr.. bukan. Karena kupikir dia
juga, jadi aku menyukai seseorang.”
“Ehh~~!” Secara tidak sengaja,
Sakura mendekati Ino, “Aku tidak tahu sama sekali. Apa? Siapa dia?”
“Sakura, kau benar-benar mengorek
hal ini?”
“Aku jadi kepikiran. Aku ingin
sebuah petunjuk, petunjuk!”
“Petunjuk, eh?” Ino memikirkannya
sebentar, wajahnya kini memerah, “…Dia seseorang yang pandai menggambar.”
“Bukan, itu bukan sebuah
jawaban!” Sakura kemudian menjawab. “Humph, Aku tahu… jadi Sai?”
“Itu tidak mengherankan bukan?”
“Yah.. tidak terlalu.”
Sai merupakan pengganti Sasuke di
Tim 7, ketika pertama kali Sai di masukkan dalam tim mereka, Ino tertarik
padanya. Ino menunjukkan sikapnya, Ino mengatakan Sai sedikit mirip Sasuke-kun dengan daya tariknya.
“Pertama-tama, bukankah dia
terlihat tampan? Tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku.
Sekarang, aku benar-benar menyuakinya… Eh apa? Apakah aku… mengatakan banyak
hal yang sangat memaluakn? Apa—Hi~~~!”
“Tenaglah, Tenang…” Sakura
bertanya sambil menenangkan Ino: “Ngomong-ngomong… Apa kau sudah menyatakan cinta?”
“Masalah itu… Aku masih…” Suara
Ino memelan, sikapnya mengejutkan Sakura.
Dalam sebuah hubungan, situasi
yang relative sederhana : Jika kamu mengambil keputusan, kamu harus melakukan
rencanamu. Ino memiliki gambaran apa yang akan dia lakukan. Namun dalam kasus
Ino, entah bagaimana tampaknya menjadi skenario yang berbeda.
“Haruskah aku memberinya lavender?
Atau bunga Dogwood? Aku ragu.” Ino membuka suara.
“Lavender ,bunga dogwood?”
“Ya… dalam bahasa bunga, lavender
berarti ‘Aku akan menunggumu’, bunga dogwood
berarti ‘terima perasaanku’. Ketika aku menunjukkan peraaan ku pada Sai.. Apa
aku harus menunggunya? Atau mungkin… Aku
harus mengakuinya langsung?..... Ini membuatku cemas, sekarang.”
“Oh.”
Ino adalah putri dari pemilik
toko bunga, dia memberi penjelasan tentang bahasa bunga.
“Ino… Menurutku pembawaanmu lebih
seperti bunga dogwood.” Sakura
menjawab, diserai angukkan Ino.
“Benarkan?... Bukankah, itu
seperti kepribadianku?...” Dia berkata dengan khawatir, Ino meletakkan
tangannya di pelipisnya. Entah bagaimana, Ino terlihat sedikit manis jika dia
bersikap seperti saat ini.
‘Untuk keadaanku…’ Sakura
tiba-tiba berpikir:
‘Lavender, aku rasa….ya tentu…’
‘Terima perasaanku’…Berapa pun
banyak dia mencoba untuk mengatakannya. Sasuke sedang jauh dari rumah. Untuk
Sakura, dia hanya bisa menanti untuk sekarang. Namun demikian, dia kemudian
berpikir:
‘Berapa lama aku harus menunggu…?’
Terima kasih telah bersedia
mampir ke blog saya.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan/kekurangan dalam posting ini. Terjemahan dimodifikasi dan
disesuaikan.
NO PLAGIARISM
DON’T RE-POST or COPY-PASTE!!!
Source : (1)
No comments:
Post a Comment