Pages

2015/05/03

SAKURA HIDEN: Chapter 1 (Part 4) [Indo Ver.]


SAKURA HIDEN : Thoughts of Love and Longing, Riding Upon a Spring Breeze
(Sakura Hiden : Perasaan Cinta dan Kerinduan, Menunggang Angin Musim Semi)
Story by Tomohito Osaki, Illustration by Masashi Khisimoto
Eng Trans by OrganicDinosaur
CHAPTER 1 Part 4
(<<< Part 3)

Hari berikutnya, mereka melewati gerbang desa, Sakura dan ino melakukan perjalanan ke desa Sunagakure. Desa Sunagakure di Negara Angin berada di sebelah barat Desa Konoha di Negara Api. Keluar dari desa, mereka melewati padang gurun dan hutan yang lebat, di sanalah desa Sunagakure.

Jika mereka bergegas, mereka akan tiba dalam waktu tiga hari, tapi kali ini bukan keadaan darurat. Mereka tidak melakukan pergerakan dengan kecepatan tinggi. Mereka telah menyampaikan kepada petugas resmi Sunagakure bahwa mereka akan tiba empat hari kemudian.

Cuaca yang sejuk membuat mereka melangkah dengan nyaman, dengan mengenakan pakaian misi. Mereka mengobrol santai saat melesat melewati padang gurun.
“Bukankah Temari-san dan Shikamaru cukup mencurigakan?” Ino membuka suara, mereka telah meninggalkan desa dan berjalan sekitar dua jam.
Sakura melihat wajah Ino. Dia memperlihatkan senyum nakal. Kecantikannya, rambut sepanjang pinggang yang diikat.
“Aku curiga? Itu…”
“Mereka berkencan kan?”
“Benarkah?”
“Ya. Maksudku mereka berkencan.”
“Itu pernyataan tegas.”
Mereka berbicara sambil berlari, tapi tidak mempengaruhi nafas mereka.
Ino melanjutkan. “Ya, mengenai Temari-san. Bukankah dia kadang-kadang datang ke Konoha untuk sebuah urusan?”
“Ya itu karena Temari-san ada di bagian diplomasi untuk Suna.”
“Tapi suatu hari, aku melihat mereka… Shikamaru dan Temari-san berjalan berdampingan.”
“Hal semacam itu?” Sakura tertawa, “Bukankah, itu bukan hal aneh, mereka bisa saja membicarakan tentang pekerjaan.”

Shikamaru juga memiliki jabatan penting di Konoha, dia ditugaskan di bagian diplomasi ke beberapa Negara, dia berhubungan secara rahasia dengan anggota mereka. Sebenarnya, Sakura pernah melihat mereka berjalan bersama  melewati desa dalam beberapa kesempatan.

“Tapi hal semacam itu bukan hanya kebetulan. Bagaimana jika aku mengatakan, keadaanya seperti mereka sepasang ke kasih, tapi bukan berarti mereka menyatukan kedua tangan mereka. Di wajah mereka ada semacam rasa romantic. Ketika aku melihat mereka, mereka terlihat seperti itu. Aku ingin memanggil mereka seperti yang biasa aku lakukan, tapi aku ragu-ragu, akhirnya aku tidak memanggil mereka sama sekali.”
“Aku mengerti… Temari-san dan Shikamaru, emm?”

Itu bukan sesuatu yang mengejutkan. Dia bisa mengatakan sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama. Salah satu atau cara lainnya, itu adalah takdir keduanya. Saat ujian chuunin, mereka bertemu satu sama lain sebagai lawan, dan saat misi pencarian Sasuke, ketika Shikamaru melawan Tayuya, Temari muncul untuk membantunya. Bahkan setelahnya, kalian tidak akan pernah tahu bahwa desa telah berubah hanya dengan melihat itu. Hubungan mereka sendiri terjadi karena pembauran, seakan karena misi dan pekerjaan, dan disamping menghadapi perang besar… suasana hati keduanya berbeda dari hanya sekedar teman, cenderung kearah sesuatu yang lain. Meski begitu, bukan hal yang aneh sama sekali.

“Saat tiba nanti, aku akan menanyakan pada Temari-san tentang hubungan mereka.” Ino tertawa saat mengatakannya.
“Saat itu kau harus berhenti, dia akan menyerangmu dengan kipas lipat raksasa.”
“Ahhaha, dia tidak mungkin…”
Percakapan konyol mereka cukup menyenangkan.
“Semua orang sedang berbunga. Selain shikhamaru, bukankah Chouji tidak berubah? Dia masih menyutamakan selera makannya di samping asmara?” Sakuara mencoba bertanya.
“Tidak,… itu tidak benar sama sekali.” Ino menjawab. Ekspresi Ino menunjukan bahwa itu sebuah rahasia. Ino melanjutkan,  “Dia Karui-san dari Kumogakure.”
“Kau bohong!”
Sesuatu yang tak terduga.
“Nah, bagaimana kau mengatakannya… ia memiliki perasaan yang kuat.”
“Itu benar. Entah bagaimana, baru-baru ini Chouji memperoleh alasan untuk pergi ke Kumogakure. Karena dia cemas ingin pergi ke sana, dia bekerja tak seperti biasanya sambil memikirkan makan, dan dia mengatakan ‘Sunggu bagaimana ini… Aku berjanji pada Karui-san untuk bertemu untuk makan’. Dia mengatakan itu saat dia gelisah.”
“Ini hanya masalah waktu, ya kan?” Ino megatakannya sambil mengangguk-angguk.
“Begitulah.” Sakura juga mengangguk.

Tiba-tiba, sesuatu muncul di pikirannya, dia ingin menanyakan hal ini.
“Disamping itu, bagaimana denganmu Ino? Akhir-akhir ini… bagaimana dengan kehidupan cintamu?’
Sejak kecil, Sakura dan Ino menjadi rival untuk merebut hati Sasuke, namun setelah mereka sama-sama dewasa, sepertinya Ino telah mundur dari persaingan itu. Untuk sekarang, apa yang Ino pikirkan? Atau apa yang tidak dia pikirkan? Sakura ingin mengetahiunya.
“Mmmm… Ada seseorang yang membuatku tertarik” Ino menjawab dengan malu-malu.
“Eh, kau memiliki kekasih?”
“Errr.. bukan. Karena kupikir dia juga, jadi aku menyukai seseorang.”
“Ehh~~!” Secara tidak sengaja, Sakura mendekati Ino, “Aku tidak tahu sama sekali. Apa? Siapa dia?”
“Sakura, kau benar-benar mengorek hal ini?”
“Aku jadi kepikiran. Aku ingin sebuah petunjuk, petunjuk!”
“Petunjuk, eh?” Ino memikirkannya sebentar, wajahnya kini memerah, “…Dia seseorang yang pandai menggambar.”
“Bukan, itu bukan sebuah jawaban!” Sakura kemudian menjawab. “Humph, Aku tahu… jadi Sai?”
“Itu tidak mengherankan bukan?”
“Yah.. tidak terlalu.”
Sai merupakan pengganti Sasuke di Tim 7, ketika pertama kali Sai di masukkan dalam tim mereka, Ino tertarik padanya. Ino menunjukkan sikapnya, Ino mengatakan Sai sedikit mirip Sasuke-kun dengan daya tariknya.

“Pertama-tama, bukankah dia terlihat tampan? Tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku. Sekarang, aku benar-benar menyuakinya… Eh apa? Apakah aku… mengatakan banyak hal yang sangat memaluakn? Apa—Hi~~~!”
“Tenaglah, Tenang…” Sakura bertanya sambil menenangkan Ino: “Ngomong-ngomong… Apa kau sudah menyatakan cinta?”
“Masalah itu… Aku masih…” Suara Ino memelan, sikapnya mengejutkan Sakura.

Dalam sebuah hubungan, situasi yang relative sederhana : Jika kamu mengambil keputusan, kamu harus melakukan rencanamu. Ino memiliki gambaran apa yang akan dia lakukan. Namun dalam kasus Ino, entah bagaimana tampaknya menjadi skenario yang berbeda.

“Haruskah aku memberinya lavender? Atau bunga Dogwood?  Aku ragu.” Ino membuka suara.
Lavender ,bunga dogwood?”
“Ya… dalam bahasa bunga, lavender berarti ‘Aku akan menunggumu’, bunga dogwood berarti ‘terima perasaanku’. Ketika aku menunjukkan peraaan ku pada Sai.. Apa aku harus menunggunya? Atau mungkin…  Aku harus mengakuinya langsung?..... Ini membuatku cemas, sekarang.”
“Oh.”
Ino adalah putri dari pemilik toko bunga, dia memberi penjelasan tentang bahasa bunga.
“Ino… Menurutku pembawaanmu lebih seperti bunga dogwood.” Sakura menjawab, diserai angukkan Ino.
“Benarkan?... Bukankah, itu seperti kepribadianku?...” Dia berkata dengan khawatir, Ino meletakkan tangannya di pelipisnya. Entah bagaimana, Ino terlihat sedikit manis jika dia bersikap seperti saat ini.

‘Untuk keadaanku…’ Sakura tiba-tiba berpikir:
‘Lavender, aku rasa….ya tentu…’
‘Terima perasaanku’…Berapa pun banyak dia mencoba untuk mengatakannya. Sasuke sedang jauh dari rumah. Untuk Sakura, dia hanya bisa menanti untuk sekarang. Namun demikian, dia kemudian berpikir:
‘Berapa lama aku harus menunggu…?’

---To be Continued---
(Part 5 >>>)

Terima kasih telah bersedia mampir ke blog saya.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan/kekurangan dalam posting ini. Terjemahan dimodifikasi dan disesuaikan.
NO PLAGIARISM DON’T RE-POST or COPY-PASTE!!!


Source : (1)

No comments:

Post a Comment