Pages

2015/05/06

SAKURA HIDEN: Chapter 2 (Part 2) [Indo Ver.]


SAKURA HIDEN : Thoughts of Love and Longing, Riding Upon a Spring Breeze
(Sakura Hiden : Perasaan Cinta dan Kerinduan, Menunggang Angin Musim Semi)
Story by Tomohito Osaki, Illustration by Masashi Khisimoto
Eng Trans by OrganicDinosaur
CHAPTER 2 Part 2

“Aku mengatakan bahwa aku akan mendapat kesempatan seperti ini.”
‘Tidak, ini bukan sesuatu  yang harus terjadi.’ Sakura menguatkan pikirannya sendiri.
Mungkin ini pertemuan yang tak terelakkan. Sasuke berada di sana ketika Sakura tiba di Desa Sunagakure.
Di pintu masuk desa, Sasuke ada di sana mengenakan turban dan jubah. Dia menunggu kedatangan Sakura.
“Sasuke-kun!”
Sakura bergegas menghampirinya. Ino tidak ada bersamanya, Sakura merasa cemas sesaat. Tapi karena dia dapat bertemu dengan Sasuke. Dia merasa sangat senang dan dia langsung melupakan kecemasannya.
“Apakah kau baik-baik saja?”
“Ya! Bagaimana dengan mu Sasuke-kun? Bagaimana kondisi tanganmu?”
“Jangan khawatir! Aku sudah terbiasa dengan ini. Lengan ku bergerak dengan baik.”
Saat mengatakan itu, Sasuke menggerakan lengan protetiknya yang terbuat dari sel Hashirama.
“Katakan segera jika merasa aneh, aku akan memeriksanya.”
“Aah, terima kasih.”
Sebagai jawaban, Sasuke dengan lembut menepuk kepala Sakura dengan bunyi pon. Dengan itu saja, Sakura merasa sangat senang, dia hampir berhenti bernapas. Sakura berpikir : ‘Aku ingin tahu dimana Ino sekarang. Ini adalah pertemuanku dengan Sasuke-kun yang telah lama ku nanti.’

“Sakura, sepertinya kau bekerja keras. Apa kau melakukan banyak hal untuk perawatan mental anak?”
“Sasuke-kun, kau tahu banyak tentang hal itu?”
“Aah, Itu karena aku berada di kelas yang sama denganmu. Saat aku tidak berada di desa, aku khawatir dengan apa yang kau lakukan. Baiklah, tidak…” Sasuke melanjutkan setelah berhenti sejenak.
“Tentang khawatir… itu bukan hanya karena aku mengatakan kita teman. Tapi di samping itu, ada suatu alasan.”
“Eh..?” Sakura memandang wajah Sasuke.
Pandangannya bertemu dan mereka seperti mengunci mata mereka satu sama lain.
“Sakura”
Tanpa diduga, perasaan Sakura menjadi tenang.
“Aku bukan anak kecil lagi. Aku tidak akan terbawa lagi. Aku selalu menunggu hal ini…”
“Sakura”
“Sasuke-kun….” Saat itu, Sakura merasakan semilir angin di pipinya.

Ada yang aneh. Angin tidak seharusnya berhembus sekarang. Jika angin berhembus, seharusnya pasir di dekatnya berhamburan, tapi hal ini tidak terjadi. Meski begitu, Sakura masih dapat merasakan angin. Sakura segera menyadari penyebab sensasi aneh itu. Kesadaran Sakura kembali dengan sendirinya dari mimpi dan kembali ke kenyataan.
Itu hanya mimpi ketika Sasuke dan Sakura bertemu satu sama lain di gerbang Desa Sunagakure. Kenyataannya, Sakura sedang beristirahat di hutan dekat Sunagakure. Saat Sakura tidur angin berhembus membelai pipinya. Sakura tidak sabar menunggu di ambang pintu antara mimpi dan kenyataan.
Aku tidak ingin terbangun. Aku masih ingin bersama Sasuke-kun. Aku ingin mendengar kelanjutan dari kata-kata Sasuke-kun. Sasuke-kun…”

----^-^----

Sakura membuka kedua matanya, hari sudah malam dan Sakura berada di hutan. Terima kasih untuk terangnya sinar rembulan, di sekelilingnya tidak menjadi gelap. Di dekatnya, Ino juga sedang beristirahat. Hari ini adalah hari ketiga semenjak mereka meninggalkan Desa Konohagakure. Ketika mereka keluar dari hutan ini, tak begitu jauh sampai Sunagakure. Namun ketika hari hampir berakhir, mereka memutuskan untuk tidak memaksaan diri.

Ketika menjelang malam, mereka memasuki hutan. Mereka menyelesaikan makanan dan memutuskan untuk beristirahat. Jika mereka berada di medan perang, mereka akan bergantian beristirahat untuk langkah pencegahan. Tetapi sekarang ini, mereka hanya membuat sebuah tanda di sekeliling mereka untuk berjaga-jaga. Selama perjalanan, tanda itu tidak pernah berreaksi.

Jauh dalam benaknya, melekat kenangan akan mimpi itu. Sakura bahagia karena Sasuke hadir dalam mimpinya, namun hal itu juga menyakitkan. Ketika dia terbangun, dia menyadari ketidak hadiran Sasuke, yang membuat bahkan lebih menyakitkan hati. Dengan naluri ia mendesah.
“Kenapa aku bermimpi seperti itu….” Sakura memikirkan hal itu.
“Seperti yang ku kira, sepertinya aku semakin tidak sabar. Aku… Di tengah perjalanan, aku mendengar cerita tentang Shikamaru dan Temari dari Ino. Aku juga mendengar cerita Chouji dan Karui, dan aku juga mendengar tentang diri ino sendiri: Ino mengatakann dia menyukai Sai.”

Bermacam cinta telah tumbuh dan dipupuk di sekitar Sakura. Dia tahu tidak ada gunanya memikirkan tentang seperti siapa hubungan siapa yang lebih cepat dari yang lain. Untuk berkompetisi melawan yang lain dalam hal cinta, itu bukan sesuatu yang harus diperhatikan. Namun demikian ada sesuatu yang menggangu Sakura yang membuat hatinya tidak sabar.

“Tapi, aku berharap mimpi itu menjadi nyata” Sakura tiba-tiba berpikir akan kemungkinan itu.
“Mimpi yang baru saja ku alami, mungkin menjadi nyata. Jika Sasuke-kun menyambut kami saat kami tiba di Sunagakure besok, maka…. Itu tidak akan terjadi…” Sakura bergumam keras pada dirinya sendiri dan tersenyum tipis. Angin menyapu desahannya.

--->.<---

Hari berikutnya Sakura dan Ino tiba di Sunagakure seperti yang sudah direncanakan. Salah satu yang menyambut mereka adalah Manajer Eksekutif korps medis Sunagakure. Seorang pria tua tampan berkumis berbicara pada mereka:
“Terima kasih atas kerja keras kalian. Tapi setelah anda beristirahat, saya ingin segera berdiskusi dengan anda, Apakah baik-baik saja?”
“Itu akan sangat baik. Kami menantikan bekerja dengan anda.” Sakura menjawab pria itu.
Pria dengan kumis itu kemudian mengantar mereka berdua ke RS desa.

Keduanya melewati beberapa ruang di dalam RS, satu diantaranya tampak luas, ruang serba guna. Setelah istirahat sekejap, orang-orang berkumpul di ruangan itu, mereka yang menghadiri rapat adalah mereka yang berhubungan dengan perawatan medis.

Sakura berada si depan kira-kira dua puluh peserta rapat. Sakura mulai membuka suara. Sakura membicarakan tentang “Klinik Perawatan Kesehatan Mental Anak” dari Desa Konohagakure: masalah probelamatik saat peluncurannya, keefektifanny saat ini, dan sebagainya.
Meskipun ia berpengalaman sering berbicara di depan banyak orang, Sakura belum begitu terbiasa. Namun berkat Ino, yang terkadang melengkapi diskusi, kemajuannya berjalan mulus.

Setelah pemaparan dari Sakura, ini saatnya untuk mereka bertukar pikiran dan pendapat. Karena adanya perbedaan kultur dan sistem administrasi dari kedua desa, mereka tidak bisa mengikuti tata cara yang dilakukan di Konoha. Namun jika mereka mekakukan penyesuaian, maka keberhasilan dapat meningkat di Suna. Manajemen eksekutif korps medis mendiskusiakan kesempatan potensial tersebut. Presentasi, bertukar pemikiran dan pendapat, dan seluruh pertemuan selesai kira-kira dalam waktu dua jam.

Ketika peserta rapat meninggalkan ruangan, pria berkumis menghampiri Sakura dan Ino, dia adalah pria yang sama yang mengantar mereka sebelumnya.
“Saya mengerti anda berdua lelah, namun apakah anda tidak keberatan melakukan sesuatu untuk kami? Bisakah anda menemui Kazekage-sama? Kazekage-sama dan Temari-sama ingin berbicara bersama.”
“Baiklah, kami tidak keberatan.”
“Karena sudah pergi ke Suna, kami tidak akan kembali ke rumah tanpa bertemu dengan mereka berdua.” Ino menjawab dan tersenyum
Pria berkunis itu berbicara sebelum berdiri: “Baiklah, mari lewat sini!”
Setelahnya, mereka mulai berjalan. Untuk suatu alasan ekspresi wajah orang itu kaku, mereka khawatir akan hal itu.

Meninggalkan RS, mereka berjalan menuju pusat desa, diaman terdapat  bangunan dengan bentuk bulat.  Permukaan bangunan ditulisi dengan kanji (dari Negara Angin), ia menuntun Sakura dan Ini menuju gedung itu.

Di tengah ruang yang besar, terdapat sebuah meja bulat. Gara duduk di sana, sementara Temari berdiri di sampingnya.
“Ijinkan saya mengantar anda.” Pria berkumis berbicara, disertai anggukan Gaara. Laki-laki itu membungkuk dan meninggalkan ruangan.
“Sakura, Ino… terima kasih untuk waktu kalian.” Gaara mengatakan kalimat singkat itu.
“Gaara-kun, Temari-san…. Apa kalian baik-baik saja?”
Ketika Sakura bertanya hal itu, Gaara mengangguk dengan sebuah “Ahh”. Temari hanya menjawab dengan “Mhmm”.
Mereka berdua entah bagaimana tampak muram, Gaara memang berwajah ‘poker-face’, namun wajahnya hari ini terlihat agak keras.
“Ummm…Apa yang terjadi?” Ino bertanya.
Gaara dan temari bertukar pandang satu sama lain, mereka mengubah arah pandangan pada Sakura dan Ino.

“Uchiha Sasuke datang ke desa ini.”

---To be Continued---
(Part 3 >>>)


Terima kasih telah bersedia mampir ke blog saya.
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan dan/kekurangan dalam posting ini. Terjemahan telah dimodifikasi dan disesuaikan.
NO PLAGIARISM DON’T RE-POST or COPY-PASTE!!!


Source : (1)

No comments:

Post a Comment