SAKURA HIDEN : Thoughts of Love and
Longing, Riding Upon a Spring Breeze
(Sakura Hiden : Perasaan Cinta dan
Kerinduan, Menunggang Angin Musim Semi)
Story by
Tomohito Osaki, Illustration by Masashi Khisimoto
Eng Trans by
OrganicDinosaur
CHAPTER 2 Part 2
“Aku
mengatakan bahwa aku akan mendapat kesempatan seperti ini.”
‘Tidak, ini bukan sesuatu yang harus terjadi.’ Sakura menguatkan pikirannya sendiri.
Mungkin ini
pertemuan yang tak terelakkan. Sasuke berada di sana ketika Sakura tiba di Desa
Sunagakure.
Di pintu masuk desa, Sasuke ada di sana mengenakan turban dan
jubah. Dia menunggu kedatangan Sakura.
“Sasuke-kun!”
Sakura
bergegas menghampirinya. Ino tidak ada bersamanya, Sakura merasa cemas sesaat.
Tapi karena dia dapat bertemu dengan Sasuke. Dia merasa sangat senang dan dia langsung
melupakan kecemasannya.
“Apakah kau
baik-baik saja?”
“Ya!
Bagaimana dengan mu Sasuke-kun?
Bagaimana kondisi tanganmu?”
“Jangan
khawatir! Aku sudah terbiasa dengan ini. Lengan ku bergerak dengan baik.”
Saat
mengatakan itu, Sasuke menggerakan lengan protetiknya yang terbuat dari sel
Hashirama.
“Katakan
segera jika merasa aneh, aku akan memeriksanya.”
“Aah, terima
kasih.”
Sebagai jawaban,
Sasuke dengan lembut menepuk kepala Sakura dengan bunyi pon. Dengan itu saja, Sakura
merasa sangat senang, dia hampir berhenti bernapas. Sakura berpikir : ‘Aku ingin tahu dimana Ino sekarang. Ini
adalah pertemuanku dengan Sasuke-kun yang telah lama ku nanti.’
“Sakura,
sepertinya kau bekerja keras. Apa kau melakukan banyak hal untuk perawatan
mental anak?”
“Sasuke-kun, kau tahu banyak tentang hal itu?”
“Aah, Itu
karena aku berada di kelas yang sama denganmu. Saat aku tidak berada di desa,
aku khawatir dengan apa yang kau lakukan. Baiklah, tidak…” Sasuke melanjutkan
setelah berhenti sejenak.
“Tentang
khawatir… itu bukan hanya karena aku mengatakan kita teman. Tapi di samping
itu, ada suatu alasan.”
“Eh..?” Sakura
memandang wajah Sasuke.
Pandangannya
bertemu dan mereka seperti mengunci mata mereka satu sama lain.
“Sakura”
Tanpa diduga,
perasaan Sakura menjadi tenang.
“Aku bukan anak kecil lagi. Aku tidak akan
terbawa lagi. Aku selalu menunggu hal ini…”
“Sakura”
“Sasuke-kun….” Saat itu, Sakura merasakan
semilir angin di pipinya.
Ada yang
aneh. Angin tidak seharusnya berhembus sekarang. Jika angin berhembus,
seharusnya pasir di dekatnya berhamburan, tapi hal ini tidak terjadi. Meski
begitu, Sakura masih dapat merasakan angin. Sakura segera menyadari penyebab sensasi
aneh itu. Kesadaran Sakura kembali dengan sendirinya dari mimpi dan kembali ke
kenyataan.
Itu hanya
mimpi ketika Sasuke dan Sakura bertemu satu sama lain di gerbang Desa
Sunagakure. Kenyataannya, Sakura sedang beristirahat di hutan dekat Sunagakure.
Saat Sakura tidur angin berhembus membelai pipinya. Sakura tidak sabar menunggu
di ambang pintu antara mimpi dan kenyataan.
“Aku tidak ingin terbangun. Aku masih ingin
bersama Sasuke-kun. Aku ingin mendengar kelanjutan dari kata-kata Sasuke-kun.
Sasuke-kun…”
----^-^----
Sakura
membuka kedua matanya, hari sudah malam dan Sakura berada di hutan. Terima
kasih untuk terangnya sinar rembulan, di sekelilingnya tidak menjadi gelap. Di dekatnya,
Ino juga sedang beristirahat. Hari ini adalah hari ketiga semenjak mereka
meninggalkan Desa Konohagakure. Ketika mereka keluar dari hutan ini, tak begitu
jauh sampai Sunagakure. Namun ketika hari hampir berakhir, mereka memutuskan
untuk tidak memaksaan diri.
Ketika
menjelang malam, mereka memasuki hutan. Mereka menyelesaikan makanan dan
memutuskan untuk beristirahat. Jika mereka berada di medan perang, mereka akan
bergantian beristirahat untuk langkah pencegahan. Tetapi sekarang ini, mereka
hanya membuat sebuah tanda di sekeliling mereka untuk berjaga-jaga. Selama
perjalanan, tanda itu tidak pernah berreaksi.
Jauh dalam
benaknya, melekat kenangan akan mimpi itu. Sakura bahagia karena Sasuke hadir
dalam mimpinya, namun hal itu juga menyakitkan. Ketika dia terbangun, dia
menyadari ketidak hadiran Sasuke, yang membuat bahkan lebih menyakitkan hati. Dengan
naluri ia mendesah.
“Kenapa aku bermimpi seperti itu….” Sakura memikirkan hal itu.
“Seperti yang ku kira, sepertinya aku semakin
tidak sabar. Aku… Di tengah perjalanan, aku mendengar cerita tentang Shikamaru
dan Temari dari Ino. Aku juga mendengar cerita Chouji dan Karui, dan aku juga
mendengar tentang diri ino sendiri: Ino mengatakann dia menyukai Sai.”
Bermacam
cinta telah tumbuh dan dipupuk di sekitar Sakura. Dia tahu tidak ada gunanya
memikirkan tentang seperti siapa hubungan siapa yang lebih cepat dari yang
lain. Untuk berkompetisi melawan yang lain dalam hal cinta, itu bukan sesuatu
yang harus diperhatikan. Namun demikian ada sesuatu yang menggangu Sakura yang
membuat hatinya tidak sabar.
“Tapi, aku berharap mimpi itu menjadi nyata” Sakura tiba-tiba berpikir akan kemungkinan
itu.
“Mimpi yang
baru saja ku alami, mungkin menjadi nyata. Jika Sasuke-kun menyambut kami saat kami tiba di Sunagakure besok, maka…. Itu
tidak akan terjadi…” Sakura bergumam keras pada dirinya sendiri dan tersenyum
tipis. Angin menyapu desahannya.
--->.<---
Hari
berikutnya Sakura dan Ino tiba di Sunagakure seperti yang sudah direncanakan. Salah
satu yang menyambut mereka adalah Manajer Eksekutif korps medis Sunagakure.
Seorang pria tua tampan berkumis berbicara pada mereka:
“Terima
kasih atas kerja keras kalian. Tapi setelah anda beristirahat, saya ingin
segera berdiskusi dengan anda, Apakah baik-baik saja?”
“Itu akan
sangat baik. Kami menantikan bekerja dengan anda.” Sakura menjawab pria itu.
Pria dengan
kumis itu kemudian mengantar mereka berdua ke RS desa.
Keduanya
melewati beberapa ruang di dalam RS, satu diantaranya tampak luas, ruang serba
guna. Setelah istirahat sekejap, orang-orang berkumpul di ruangan itu, mereka
yang menghadiri rapat adalah mereka yang berhubungan dengan perawatan medis.
Sakura
berada si depan kira-kira dua puluh peserta rapat. Sakura mulai membuka suara. Sakura
membicarakan tentang “Klinik Perawatan Kesehatan Mental Anak” dari Desa
Konohagakure: masalah probelamatik saat peluncurannya, keefektifanny saat ini,
dan sebagainya.
Meskipun ia
berpengalaman sering berbicara di depan banyak orang, Sakura belum begitu
terbiasa. Namun berkat Ino, yang terkadang melengkapi diskusi, kemajuannya
berjalan mulus.
Setelah
pemaparan dari Sakura, ini saatnya untuk mereka bertukar pikiran dan pendapat. Karena
adanya perbedaan kultur dan sistem administrasi dari kedua desa, mereka tidak
bisa mengikuti tata cara yang dilakukan di Konoha. Namun jika mereka mekakukan
penyesuaian, maka keberhasilan dapat meningkat di Suna. Manajemen eksekutif
korps medis mendiskusiakan kesempatan potensial tersebut. Presentasi, bertukar
pemikiran dan pendapat, dan seluruh pertemuan selesai kira-kira dalam waktu dua
jam.
Ketika
peserta rapat meninggalkan ruangan, pria berkumis menghampiri Sakura dan Ino,
dia adalah pria yang sama yang mengantar mereka sebelumnya.
“Saya
mengerti anda berdua lelah, namun apakah anda tidak keberatan melakukan sesuatu
untuk kami? Bisakah anda menemui Kazekage-sama?
Kazekage-sama dan Temari-sama ingin berbicara bersama.”
“Baiklah,
kami tidak keberatan.”
“Karena
sudah pergi ke Suna, kami tidak akan kembali ke rumah tanpa bertemu dengan
mereka berdua.” Ino menjawab dan tersenyum
Pria
berkunis itu berbicara sebelum berdiri: “Baiklah, mari lewat sini!”
Setelahnya,
mereka mulai berjalan. Untuk suatu alasan ekspresi wajah orang itu kaku, mereka
khawatir akan hal itu.
Meninggalkan
RS, mereka berjalan menuju pusat desa, diaman terdapat bangunan dengan bentuk bulat. Permukaan bangunan ditulisi dengan kanji
(dari Negara Angin), ia menuntun Sakura dan Ini menuju gedung itu.
Di tengah
ruang yang besar, terdapat sebuah meja bulat. Gara duduk di sana, sementara
Temari berdiri di sampingnya.
“Ijinkan
saya mengantar anda.” Pria berkumis berbicara, disertai anggukan Gaara.
Laki-laki itu membungkuk dan meninggalkan ruangan.
“Sakura,
Ino… terima kasih untuk waktu kalian.” Gaara mengatakan kalimat singkat itu.
“Gaara-kun, Temari-san…. Apa kalian baik-baik saja?”
Ketika
Sakura bertanya hal itu, Gaara mengangguk dengan sebuah “Ahh”. Temari hanya
menjawab dengan “Mhmm”.
Mereka
berdua entah bagaimana tampak muram, Gaara memang berwajah ‘poker-face’, namun wajahnya hari ini
terlihat agak keras.
“Ummm…Apa
yang terjadi?” Ino bertanya.
Gaara dan
temari bertukar pandang satu sama lain, mereka mengubah arah pandangan pada
Sakura dan Ino.
“Uchiha
Sasuke datang ke desa ini.”
---To be Continued---
(Part 3 >>>)
(Part 3 >>>)
Terima kasih telah bersedia mampir ke blog saya.
Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan dan/kekurangan
dalam posting ini. Terjemahan telah dimodifikasi dan disesuaikan.
NO PLAGIARISM
DON’T RE-POST or COPY-PASTE!!!
Source : (1)
No comments:
Post a Comment